Latar
Belakang / Asbabun Nuzul

Surah Al Inshirah
atau Surat Alam Nasyrah( سورة الشرح )adalah surat ke-94 dalam Al Qur'an.
Surat ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah serta
diturunkan sesudah surat Adh Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam
Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama, yang berarti: bukankah [1]Kami
telah melapangkan.
Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan pernyataan Allah bahwa disamping
kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap
melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya.
Dalam menjalani hidup di dunia ini, tidak jarang
ditemukan orang yang kadang merasa berat dalam menjalani hidupnya, apalagi di
zaman global, yang penuh dengan tantangan ini. Karenanya seringkali seseorang
merasa stres karena tidak kuat menjalaninya. Ketika seperti itu, ada yang
melampiaskannya dengan minum minuman keras, mengkonsumsi sabu-sabu, melacur,
dan sebagainya. Naasnya lagi kadang ada yang sampai berani bunuh diri. Naudzubillah.
Bagaimana cara kita mengaturnya agar kita bisa
mencapai hidup bahagia? Jawabannya bisa ditemukan dalam kandungan surat
al-Insyirah, surat ke-94 dalam al-Qur'an. Surat al-Qur'an yang terdiri dari
delapan ayat ini mengandung falsafah hidup yang patut kita jadikan acuan untuk
menggapai kebahagiaan hakiki dunia-akhirat. Surat al-Insyirah ini bisa
dijadikan paradigma meraih kesuksesan, keberhasilan, dan kebahagiaan hidup.
Kandungan pertama surat al-Insyirah ini diawali
dengan anugerah lapang dada, yang kemudian dilanjutkan dengan anugerah-anugerah
yang lain. Surah ini menyiratkan bahwa hidup itu berarti bercengkerama dengan
kesulitan-kesulitan dan sekaligus menunjukkan bagaimana meraih kemudahan-kemudahan.
Hal ini sesuai dengan bunyi salah satu ayat dalam surat ini yang artinya:
"karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
setelah kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah (94): 5-6).
Pada hakikatnya, surat ini adalah surat yang dikhususkan kepada diri Rasulullah agar ia berlapang dada. Akan tetapi tidak ada salahnya kalau kita juga mengambil ibrah darinya. Apalangi sudah jelas bahwa Rasulullah itu merupakan contoh teladan yang patut dicontoh, seperti apa yang difirmankan Allah yang artinya: "sesungguhnya pada diri Rasulullah itu telah ada contoh suri tauladan yang baik..." (QS. Al-Ahzab (33): 21).
Pada hakikatnya, surat ini adalah surat yang dikhususkan kepada diri Rasulullah agar ia berlapang dada. Akan tetapi tidak ada salahnya kalau kita juga mengambil ibrah darinya. Apalangi sudah jelas bahwa Rasulullah itu merupakan contoh teladan yang patut dicontoh, seperti apa yang difirmankan Allah yang artinya: "sesungguhnya pada diri Rasulullah itu telah ada contoh suri tauladan yang baik..." (QS. Al-Ahzab (33): 21).
Dalam menjalani hidup di dunia ini setidaknya kita
harus menghadapinya dengan penuh senyuman. Berbagai macam kesulitan (rintangan)
yang pastinya akan dialami setiap orang, seyogianya dihadapi penuh pertimbangan
dengan tetap berlapang dada, istiqamah, dan tidak menjadikannya sebuah beban.
Falsafah dalam surat al-Insyirah bisa menuntun kita untuk bisa berdamai dengan
aneka ragamnya kehidupan kita. Tuntunan surat al-Insyirah ini meminta kita agar
dalam menjalani hidup pertama-pertama harus dan bisa berlapang dada, tetap
istiqamah, dan terakhir pasrah terhadap semua apa yang telah kita usahakan.
Falsafah untuk berlapang dada ini ada pada ayat
pertama surat al-Insyirah. Anjuran untuk tetap istiqamah ada pada ayat ketujuh.
Dan ayat terakhir menganjurkan kepasrahan. Kesulitan-kesulitan yang mungkin
sering berhadapan dengan kita, kita harus menghadapi dengan penuh lapang dada,
tetap istiqamah menjalankannya sesuai dengan koridor kehidupan, dan terakhir
kita pasrah pada Tuhan yang maha kuasa-yang nantinya pasti ada kemudahan yang
akan diberikan-Nya. Allah sudah berjanji bahwa setelah kesulitan itu pasti ada
kemudahan. Inilah janji Allah yang tersurat pada ayat kelima dan enam dalam
surat al-Insyirah ini. Allah tidak ada mengingkarinya janjinya (QS. Ali Imran
(3): 9).
Sungguh luar biasa, lewat surat al-Insyirah ini
Allah memberi tahu rumus bagaimana cara kita menjalani kehidupan. Dengan rahman
dan rahim-Nya, Allah bekali diri kita potensi untuk mengatasi kelemahan yang
ada pada diri kita. Allah berfirman yang artinya: "sesungguhnya manusia
diciptakan besifat keluh kesah lagi kikir" (QS. Al-Ma'arij (70): 19), tetapi
Allah juga berfirman yang artinya: "kami tiada membebani seseorang
melainkan menurut kesanggupannya..." (QS. Al-Mukminun (23): 62).
Surah Al-Insyirah
الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
اللَّهِ
بِِسْمِ
Dengan Nama Allah,
Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya,
dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dariSurah
al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas
kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.
لَكَ صَدْرَكَ
نَشْرَحْ أَلَمْ
1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?
Syaraha berarti
'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan
'melapangkan'. Syarahajuga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih
berarti pemotongan.
Shadara berarti 'kembali
dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada”.
Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka
sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia
kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani,
seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri
dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan
yang sulit menjadi mudah.
Syarh
(uraian
terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian
langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir;
tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.
Meskipun
ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban
kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan
karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ
Wazara,
akar dari wizr
(beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari
kata tersebut muncul katawazir artinya 'menteri, wakil, konselor',
yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara.
Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain
daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami
penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah
hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah
beban lagi kepada diri kita.
ظَهْرَكَ
أَنْقَضَ
الَّذِي
3. Yang telah memberatkan Punggungmu?
Lagi-lagi
ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul
beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika
kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas
kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita
pun akan sadar bahwa yang dapat kita
lakukan saat ini hanyalah menghamba
dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain
dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia
ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita
tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita
tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan
akan menimpa kita
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ.
4. Dan
meninggikan untukmu sebutan kamu?
Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita
tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir
batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti,
berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap
Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah
beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat
lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya
sendiri merupakan zikrullah.
يُسْرًا
الْعُسْرِ مَعَ
فَإِنَّ
5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan
ada kemudahan,
يُسْرًا الْعُسْرِ
مَعَ إِنَّ
6. Sesungguhnya bersama setiap
kesulitan ada kemudahan.
Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai
'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan
bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua
kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia
tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena
lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi
pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal
terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.
Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan
dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya
tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait
dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak,
tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana
musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi
itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya
merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.
فَانصَبْ
فَرَغْتَ فَإِذَا
7. Maka jika engkau sudah bebas,
tetaplah tabah bekerja keras!
Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah
bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung
jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan
langsung tentang Realitas Ilahi. [4]
Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang
ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya
kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam
melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar.
Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita
terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat
lebih, dan[5] mencurahkan diri
kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad,
yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.
فَارْغَبْ
رَبِّكَ لَى
إِوَ
8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai
tujuan [kerinduan] engkau semata!
Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan
kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan,
persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi
kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan
segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai
satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih
dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan
untuk melarikan diri.
Hikmah
Presuposisi adalah sebuah asumsi yang
telah diakui kebenaran dari kata-katanya. Karena saya belum pandai dalam bahasa
Arab maka saya mengkaji berdasarkan ilmu yang baru saya fahami. oleh karena itu
mohon bantuan dari para sahabat untuk meluruskan saya jika saya khilaf atau
lupa.
Seperti halnya sebuah kalimat " Ayo kamu semangat", kata tersebut
memberikan presupose bahwa orang tersebut sedang tidak semangat sehinggat dia
diberi motivasi agar dia semangat.coba bandingkan dengan kata berikut
"Ayo kamu lebih semangat",
tentu ada yang berbeda yah. Kata lebih semangat mempresuposisikan bahwa keadaan
seseorang tersebut sudah semangat kemudian diberi motivasi agar menjadi lebih
semangat lagi.
Yah
kurang lebih itulah presuposisi.
Nah dalam kali ini saya ingin membedah tentang kajian surat Al Insyirah ayat 5-6 dari sisi saya seorang Neuro Linguistic Programmer.
AlQuran surat Al Insyirah:5-6 menyebutkan :
5: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
6: "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
"Maka" : memiliki presupose bahwa ada kalimat sebelumnya yang berkaitan dengan ayat ini. Atau bisa juga kata "Maka" memperesupose tentang suatu PENEGASAN.
Nah dalam kali ini saya ingin membedah tentang kajian surat Al Insyirah ayat 5-6 dari sisi saya seorang Neuro Linguistic Programmer.
AlQuran surat Al Insyirah:5-6 menyebutkan :
5: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
6: "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
"Maka" : memiliki presupose bahwa ada kalimat sebelumnya yang berkaitan dengan ayat ini. Atau bisa juga kata "Maka" memperesupose tentang suatu PENEGASAN.
"Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan" : memiliki presupose bahwa Kesulitan itu pasti terjadi bagi
setiap manusia yang pernah hidup di muka bumi. Kesulitan itu adalah hal yang
eksis dan pasti terjadi. Terlebih kata "sungguh" telah menekankan
bahwa manusia tidak pernah tidak mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.
Jadi ketika seseorang mendapatkan
kesulitan dunia maka itu adalah hal yang sudah digariskan dalam takdir mereka.
Mereka tidak bisa mengelak kesulitan kehidupan. Baik saya , anda bahkan seorang
Nabi seperti Baginda Muhammad SAW, sekalipun. Mungkin kita tahu bagaimana
seorang Muhammad pernah ditimpuk oleh batu di Taif. [6]
Padahal dia itu adalah kekasih yang
sangat dicintai oleh Allah. Namun kenapa Allah masih memberikan kesulitan itu
hadir pada diriNya tak lain dan tak bukan karena itu sudah digariskan untuk
menguji keimanan seperti yang telah diwahyukan dalam surat Al Ankabut ayat 2:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi"
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi"
Oleh karena itu ketika kesulitan itu
hadir dalam kehidupan manusia. Maka yakinilah bahwa setiap kesulitan yang
datang pasti karena seizin Allah SWT.
Dan Allah telah memberikan kabar
gembira melalui surat Al Insyirah ini pada kata selanjutnya yaitu
"KEMUDAHAN" yang hadir bersama kesulitan.
Kata "ma'a" memiliki arti "bersama" bukan sesudah. Dan artinya ketika Allah telah memberikan kesulitan dalam kehidupan kita maka Ia pun juga memberikan kunci jawaban dari kesulitan yang kita hadapi. Kunci jawaban itu sudah ada. Terutama bagi mereka yang berakal. Karena mereka telah mengatakan "Ya Allah , tidaklah engkau ciptakan ini semua dengan sia-sia." Sehingga bagi mereka yang berakal mereka dapat dengan mudah mendapatkan INSPIRASI dan HIKMAH dari setiap kesulitan yang datang kepada mereka.
Kata "ma'a" memiliki arti "bersama" bukan sesudah. Dan artinya ketika Allah telah memberikan kesulitan dalam kehidupan kita maka Ia pun juga memberikan kunci jawaban dari kesulitan yang kita hadapi. Kunci jawaban itu sudah ada. Terutama bagi mereka yang berakal. Karena mereka telah mengatakan "Ya Allah , tidaklah engkau ciptakan ini semua dengan sia-sia." Sehingga bagi mereka yang berakal mereka dapat dengan mudah mendapatkan INSPIRASI dan HIKMAH dari setiap kesulitan yang datang kepada mereka.
Dan INSPIRASI itulah yang menjadi salah
satu kunci KEMUDAHAN dari KESULITAN yang kita terima dalam kehidupan.
Berarti Allah secara tidak langsung
telah meminta manusia untuk mencari Hikmah dari setiap KESULITAN yang mereka
alami dalam rangka mencari SOLUSI/KEMUDAHAN.Mungkin inilah yang sebaiknya kita
lakukan ketika ujian itu hadir daripada mengeluh atau bahkan saling
menyalahkan. Padahal bukankah Allah lebih mengutamakan kita untuk mencari
KEMUDAHAN terlebih dahulu daripada meributkan masalah yang sudah terlanjut
terjadi.
Kemudian pada ayat ke-6, Allah
menyebutkan lagi namun kali ini tidak ada kata sambung "maka" seperti
ayat sebelumnya. Sehingga pada ayat ke-6 ini memberikan presupose berupa
"Penguatan" dari ayat sebelumnya.Karena ini diperkuat dua kali oleh
Allah tentu ini adalah hal yang SANGAT DITEKANKAN oleh
Allah agar manusia
bisa menemukan KEMUDAHAN dibalik KESULITAN yang diberikan.
Satu Kesulitan vs Dua Kemudahan
Percayalah pada janji Allah. Pun disaat
kita diamuk gulana.
Semuanya
sudah termaktub dalam lembaran ayat suci-Nya. Bacalah surah Al-Insyirah ayat 5
dan 6: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).
Tentu ayat di atas
sudah tak asing lagi bagi kita. Kita seringkali mendengar ayat ini, namun
kadang hati kita masih saja lalai, sehingga tidak betul-betul merenungkannya.
Atau mungkin kita pun belum memahaminya. Padahal jika ayat tersebut betul-betul
direnungkan sungguh luar biasa faedah yang dapat kita petik. Jika kita
benar-benar mentadabburi ayat di atas, sungguh berbagai kesempitan akan terasa
ringan dan semakin mudah kita pikul.
Percayalah…
“Satu kesulitan tidak mungkin
mengalahkan dua kemudahan.”
‘Abdullah bin Mas’ud RA pernah berkata,
“Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang, maka kemudahan pun akan
mengikutinya…”
Yakinlah saudaraku…
Bahwa di balik setiap
kesulitan pasti ada kemudahan yang begitu dekat. Mungkin di awal-awal
kesulitan, belum datang pertolongan atau jalan keluar
Namun ketika
kesulitan semakin memuncak, semakin di ujung tanduk, maka setelah itu datanglah
kemudahan.[7]
Mengapa demikian ya? Itu karena di puncak
kesulitan, hati sudah begitu amat pasrah. Segala suatu telah diserahkan
seluruhnya pada Allah, Rabb tempat bergantung segala urusan. Itulah yang
dinamakan hakekat dari tawakkal.
Kuncinya adalah
sabar. Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam
menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah.
Imam Asy Syafi’i pernah berkata dalam
bait syair,
Bersabarlah yang baik, maka niscaya
kelapangan itu begitu dekat.
Barangsiapa yang mendekatkan diri pada
Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.Barangsiapa yang
begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.
Barangsiapa
yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.
Ada ahli tafsir yang mengatakan bahwa melapangkan dada ialah yang
terjadi pada malam israa mi'raj ketika Nabi sw. dibelah dadanya untuk ditambah
nur iman, keyakinan dan kesabaran.
Abu Said Al Khudri ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Jibril datang kepadaku dan berkata: Tuhanku dan Tuhanmu bertanya, Bagaimanakah Aku mengangkat setinggi-tinggi nama sebutanmu? jawab Nabi saw. Allahua'lam. Tuhan berkata: Jika nama-KU disebut maka namamu juga disebut bersama nama-Ku".
"Jibril datang kepadaku dan berkata: Tuhanku dan Tuhanmu bertanya, Bagaimanakah Aku mengangkat setinggi-tinggi nama sebutanmu? jawab Nabi saw. Allahua'lam. Tuhan berkata: Jika nama-KU disebut maka namamu juga disebut bersama nama-Ku".
Anas bin Malik ra. berkata: Ketika Rasulullah saw. duduk dan
dihadapannya ada batu tiba-tiba ia bersabda:
"Andainya kesukaran datang dan masuk ke dalam batu ini niscaya akan akan datang pula kelapangan dan masuk ke dalam batu ini untuk mengeluarkan kesukaran itu. Maka tutunlah ayat 5 - 6.
(HR: Ibnu Abi Hatim).
"Andainya kesukaran datang dan masuk ke dalam batu ini niscaya akan akan datang pula kelapangan dan masuk ke dalam batu ini untuk mengeluarkan kesukaran itu. Maka tutunlah ayat 5 - 6.
(HR: Ibnu Abi Hatim).
Abu Hurairah ra. berkata , Rusulullah saw. bersabda:
"Pertolongan dari Allah diturunkan dari langit menurut kadar beban keperluan dan turunlah kesabaran menurut kadar ujian musibah. Jika engkau telah selesai dari urusan duniamu maka tegakkan dirimu untuk melakukan ibadah dan kepada rahmat Tuhanmu sajalah engkau tetap berharap".
"Pertolongan dari Allah diturunkan dari langit menurut kadar beban keperluan dan turunlah kesabaran menurut kadar ujian musibah. Jika engkau telah selesai dari urusan duniamu maka tegakkan dirimu untuk melakukan ibadah dan kepada rahmat Tuhanmu sajalah engkau tetap berharap".
Prinsip Nilai yang bisa
dipetik dari buku ini :
· Kemarahan, kesusahan, kegagalan, dan keburukan lainnya bermula dari cara pandang
· Kemarahan, kesusahan, kegagalan, dan keburukan lainnya bermula dari cara pandang
yang salah, perbaiki cara
pandang maka semuanya akan berubah
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran bahwa Allah menawarkan 2 kemudahan bagi setiap
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran bahwa Allah menawarkan 2 kemudahan bagi setiap
kesusahan yang telah
dihadapi dengan sabar dan syukur.
· Kegagalan atau kesusahan disebabkan beban pikiran/pekerjaan yang terlalu menumpuk.
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran, kerjakan segala sesuatu secara bertahap, jangan
· Kegagalan atau kesusahan disebabkan beban pikiran/pekerjaan yang terlalu menumpuk.
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran, kerjakan segala sesuatu secara bertahap, jangan
memikirkan pekerjaan yang
akan datang bila pekerjaan yang ada dihadapan belum
selesai.
· Hasil dari setiap usaha (mendapat pujian atau cercaan) bergantung pada cara kitamemasrahkan seluruh pekerjaan pada Tuhan.[8]
· Hasil dari setiap usaha (mendapat pujian atau cercaan) bergantung pada cara kitamemasrahkan seluruh pekerjaan pada Tuhan.[8]
1 komentar:
The Cost of Titanium - AT The Math Club
This is a great way to research the costs of titanium ore. It is micro touch hair trimmer easily one of titanium white dominus the most expensive to find out the properties of titanium time of joico titanium year for your titanium gravel bike next project.
Posting Komentar